Angka dan Reuni Kosong


Satu, dua, tiga, empat?
Cukup lama jika mengingat bagaimana menghitung tiap detik diiringi kecemasan
Hampir setiap satu dari tiga ratus enam puluh lima hari aku mengunci harapan
Hingga kini di titik ke empat dari empat tahun berlalu

Masih sama, dengan pertanyaan yang sama dan kekecewaan sama pula
Seharusnya waktu yang telah terlewati tanpamu
Delapan musim yang berganti dengan tak pasti
Lalu empat idul fitri yang kusinggahi
Serta delapan hari raya kutapaki

Engkau masih saja sembunyi di tempat yang ku tahu pasti
Dengan berbagai alasan klasik

Kalau aku katakan kemarin adalah waktu terakhir yang ku sediakan, kemudian pengharapan yang menjadi titik di mana aku berhenti.

Apa kamu bahagia?

Maka ketahuilah bahwa esok, takan adalagi aku yang menanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'Dia, Tanpa Aku'

Di Mana Rasa Percaya Dirimu?

Salah