Presepsi

Tau apa kamu tentang aku?
Hidupku, juga perasaanku?

Bukan apa yang kamu dengar atau lihat
Percuma bila hatimu tetap tuli dan buta
Bukankah tak pernah ada tanya?
Lalu untuk apa harus ada jawaban?

Kamu terlalu mahir mengagungkan persepsi
Hingga lupa bahwa aku hanya mampu menerka
Aku perempuan, tentu kamu tak lupa
Jadi, pantas saja kan hanya mampu menanti tanpa jeda?

Aku tidak seperti orang kebanyakan
Memamerkan rasa lewat media masa
Aku hanya si pengecut ulung yang nyaman bersembunyi di balik kata

Makanya semenjak pertama
Tak ingin mengharap meski hati mendusta
Percuma saja, jika kamu malah asik berpesta rasa
Hingga akhirnya tiba
Titik di mana kau tak mengijinkan aku memilih
Faktanya kau yang terlebih dulu pergi
Seolah lupa seberapa banyak luka yang telah kau tuai
Tapi tak apa, aku adalah perempuan hebat
Tetap berdiri tegak meski kau jatuhkan dengan berulang
Aku juga pandai bermain opera
Peran apapun dapat ku mainkan
Meski sebenarnya aku lebih menyukai memamerkan tampang lugu
Bukankah menjadi gadis kecil polos itu menyenangkan?
Dan aku ingin membuat mereka termasuk kamu senang melihat rautku yang tak terbebani

Anehnya kamu lagi-lagi terlihat tak suka
Seolah kamu adalah pria paling tersakiti karena rasaku
Huh, defensif!
Tak apa, aku baik-baik saja
Bukankah hidup harus terus berjalan?
Dan aku ingin memilih untuk berlari menjauh hingga bayangmu pun tak mampu lagi menari dipikiran

Bukankah kau yang dulu memilih berhenti?
Akupun berpikir begitu
Waktunya telah tiba, di mana akupun harus mengakhiri dengan pasti dari sesuatu yang sebenarnya tak pernah kau maupun aku mengawali
Ck, sudahlah cukup kan saja sampai di sini

Tersenyumlah untuk kamu dan aku
Dan kisah kita yang terlanjur membeku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'Dia, Tanpa Aku'

Dahsyat-nya KPI

Perjalanan dan Mimpi