Resensi Novel 'Dia, Tanpa Aku'


Identitas Novel
Judul                      : Dia Tanpa Aku
Penulis.                 : Esti Kinasih
Penerbit                : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit        : Januari 2008
Kota terbit            : Jakarta
Jumlah Halaman.    : 280 halaman
Cetakan ke           : Kedua, Februari 2008
Tebal buku           : 20cm
Harga.                   : 38.000

Tentang Penulis
Esti Kinasih lahir di Jakarta, 9 September 1971, yaitu anak sulung dari 3 bersaudara. Cewek Virgo ini punya hobi menulis, jalan-jalan, naik gunung, mengoleksi baju kaos bergambar Jeep dan mengoleksi prangko.
Dia, Tanpa Aku adalah novel keempat Esti, setelah Fairish (2004) yang menjadi novel teenlit yang paling banyak di baca dan menembus angka 10.000 copy, berikutnya novel yang berjudul Cewek!!! (2005) yang juga laris manis, dan Still (2006) yang merupakan sekuel cewek. Cewek yang punya prinsip hidup easy going ini tetap terobsesi mendaki puncak Himalaya.


Novel ini diawali dengan seorang cowok bernama Ronald yang merupakan siswa kelas 2 SMA sudah lama naksir Citra. Tapi Ronald belum mau PDKT karena Citra masih kelas 3 SMP. Ronal memutuskan untuk menunggu Citra masuk SMA. Tanpa disadari Citra, cowok itu selalu mengamatinya dari kejauhan. Segala informasi-informasi seputar Citra seperti hobi, cita-cita dan bahkan foto tersimpan di buku catatannya. Setiap hari Ronald selalu membaca catatannya hingga Andika pun sahabatnya sampai bosan mendengarnya.

Beberapa bulan kemudian Citra masuk SMA yang sama dengan adiknya, Reinald. Bahkan mereka di tempatkan di kelas yang sama. Hal itu membuat Ronald kecewa. Hingga akhirnya secara tidak langsung Ronald memperlakukan adiknya sebagai Bodyguard Citra untuk melindungi cewek itu meski adiknya sedikit protes dengan perlakuan abangnya.

Suatu hari Ronald memutuskan untuk menemui Citra ke rumahnya bersama Andika. Ia mempersiapkan segalanya termasuk sebuket bunga. Namun keinginan dan harapan Ronald tidak pernah terwujud. Tepat di depan gang rumah Citra, cowok itu tewas ketika mobil sedan dengan kecapatan maksimum datang dari arah yang tak di duga. Buket bunga itu tercampak dan hanya mawar putih yang tergenggam di tangan Ronald.

Kepergian sang kakak membuat Reinald sedih, terlampau sedih hingga bahkan ketika melihat Citra ia sangat ingin menumpahkan amarahnya pada Citra. Reinald menganggap kalau Citralah penyebab kematian kakaknya bahkan cewek itu selalu bersikap seolah tak mengenal sang kakak. Citra tentu saja tidak mengerti mengapa selalu dia yang menjadi objek kemarahan Reinald, dia akhirnya ikut meledakkan amarahnya juga dan berakhir pertengkaran antara mereka berdua. Akan tetapi sikap Reinald berubah drastis ketika Citra memutuskan mengacuhkannya. Kini cowok itu berada di posisi yang sama seperti Ronald dulu, hanya dapat mengamati Citra, meski cewek itu menghiraukannya. Hingga Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi almarhum Ronald, tetapi karena dirinya sendiri.

"Gue suka cewek lo," ucap Reinald suatu hari di depan Foto Ronald.

Dan itu membuat sang kakak kembali dengan sosok yang abstrak hingga membuatnya kalut dan gelisah.
Akhirnya ia memutuskan agar tidak dekat pada Citra. Padahal kembalinya Ronald hanya ingin menyampaikan suatu hal kepada Reinald, yaitu menitipkan Citra kepada adik yang sangat disayanginya.

Hingga pada suatu malam dimulai dari sebuah gelombang radio, dari suatu tempat entah di mana,  seorang bernama Tom, yang Reinald yakini bahwa ia adalah kakaknya, Ronald “menampakan” dirinya. Ia menceritakan sebuah cerita yang baik Reinald maupun Andika terlibat di dalamnya. Cinta pertamanya, pengamatan, penantian, kecemasan, kesabaran sekaligus ketidaksabaran, serta harapannya.

Di akhir cerita Ronald mengatakan bahwa dirinya menyerahkan cinta pertamanya untuk sang adik. Hal tersebut membuat Reinald dan Andika merasakan sakit yang luar biasa, seakan ditikam. Reinald pun menceritakan semuanya setelah kejadian itu kepada Citra tentang Ronald. Cowok itu bahkan mengajak Citra untuk berziarah ke makam nya Ronald.

Kelebihan:
Novel ini begitu menarik untuk di baca, terlebih bagi para remaja. Bahasa yang digunakan juga sama menariknya sehingga tidak bosen ketika membacanya. Selain itu ada beberapa peristiwa yang membuat pembaca penasaran. 

Kekurangan:
Kehadiran Ronald setelah meninggal kurang masuk akal. Akhir cerita dari novel juga sedikit membingungkan.

Saran:
Menurut saya novel ini bisa dijadikan sebagai rekomendasi. Memang sih termasuk ke dalam novel lama, tetapi tak kalah bagusnya dengan novel-novel terbaru. Bahkan saya sudah berkali-kali membacanya tapi tak merasa bosan.

#YWC
#GTC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dahsyat-nya KPI

Perjalanan dan Mimpi