Postingan

Wattpad: It's (Not) Love

Gambar
Dari awal Dinda harusnya tahu bahwa konsekuensi dari mencintai seorang Nathan adalah patah yang bukan sekedar patah. Namun, ia tak mampu mengelak ketika perasaannya terlanjur jatuh pada lelaki itu. Setelah bertahun-tahun berusaha melupakan sosok di masa lalunya, haruskah ia kembali terluka oleh rasa yang sama? Nyatanya Dinda terlalu lelah harus menahan sakit sendiri. Terlebih saat menyadari kalau statusnya sebagai kekasih Nathan tidak lebih istimewa dibandingkan dengan sahabat perempuan lelaki itu. Naina, gadis cantik yang pernah menjadi sahabat terbaiknya di masa putih abu. *Sekuel dari novel (Not) With You

Wattpad: (Not) With You

Gambar
Bagi cewek lugu seperti Maura Anindya, mengejar cinta Nathan sudah menjadi hobinya. Sedangkan Nathan sendiri lebih memilih untuk mengunci hati. Baginya sudah cukup menjadi malaikat pelindung untuk seorang Naina, sahabat kecil sekaligus cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Namun kehadiran secarik kertas yang menjadi teka teki membawa Maura pada perasaan lain. Cewek itu dan euforia-nya. Tidak sampai di situ, Maura yang selama ini terjebak dalam sepi terlanjur bergantung pada sosok yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sosok yang selalu berhasil membawanya pada berbagai macam emosi yang selama ini ia pendam. Sampai akhirnya Nathan yang dulu begitu enggan tiba-tiba mendekatinya. Juga isi surat yang terang-terangan menyatakan mengharapkannya. Lalu siapa yang akan cewek itu pilih? Nathan yang tepat berada di depannya atau sosok tak kasat mata yang tak pernah Maura ketahui keberadaannya? Lihat selengkapnya https://my.w.tt/KcxVwcxMvR

Presepsi

Tau apa kamu tentang aku? Hidupku, juga perasaanku? Bukan apa yang kamu dengar atau lihat Percuma bila hatimu tetap tuli dan buta Bukankah tak pernah ada tanya? Lalu untuk apa harus ada jawaban? Kamu terlalu mahir mengagungkan persepsi Hingga lupa bahwa aku hanya mampu menerka Aku perempuan, tentu kamu tak lupa Jadi, pantas saja kan hanya mampu menanti tanpa jeda? Aku tidak seperti orang kebanyakan Memamerkan rasa lewat media masa Aku hanya si pengecut ulung yang nyaman bersembunyi di balik kata Makanya semenjak pertama Tak ingin mengharap meski hati mendusta Percuma saja, jika kamu malah asik berpesta rasa Hingga akhirnya tiba Titik di mana kau tak mengijinkan aku memilih Faktanya kau yang terlebih dulu pergi Seolah lupa seberapa banyak luka yang telah kau tuai Tapi tak apa, aku adalah perempuan hebat Tetap berdiri tegak meski kau jatuhkan dengan berulang Aku juga pandai bermain opera Peran apapun dapat ku mainkan Meski sebenarnya aku lebih menyukai memamer...

Salah

Indah, satu kata yang berputar-putar di benakku. Mata berwarna biru sedamai air laut. Hidung mancung dan bibir tipis menambah kesan manis saat tersenyum. Dan yang membuatku tak lekas mengalihkan perhatian terhadapnya adalah suara merdu, yang senantiasa terdengar di telingaku. Lelaki itu, memegang gitar di pangkuannya. Tatapannya begitu teduh, memancarkan sebuah ketulusan. Meski tak dapat ku pungkiri, terdapat kegelisahan serta kegundahan di sana. Aku hanya tersenyum saat ia menatapku. Lalu balas menatapnya, seolah menyalurkan kekuatan yang dapat ku pastikan, beberapa menit lagi kepercayaan dirinya hilang. Semua berjalan sesuai rencana, ia bernyanyi dengan sangat baik. Harusnya aku bahagia bukan? Tak sia-sia selama beberapa pekan aku mengajarkannya bermain gitar. Namun, hati dan otakku seolah berhianat. Aku merasa menyesal telah menyetujui permintaan untuk mengajarinya. Lagunya terdengar sangat romantis, membuatku ingin berteriak menghentikannya. Aku merasakan itu untu...

Angka dan Reuni Kosong

Satu, dua, tiga, empat? Cukup lama jika mengingat bagaimana menghitung tiap detik diiringi kecemasan Hampir setiap satu dari tiga ratus enam puluh lima hari aku mengunci harapan Hingga kini di titik ke empat dari empat tahun berlalu Masih sama, dengan pertanyaan yang sama dan kekecewaan sama pula Seharusnya waktu yang telah terlewati tanpamu Delapan musim yang berganti dengan tak pasti Lalu empat idul fitri yang kusinggahi Serta delapan hari raya kutapaki Engkau masih saja sembunyi di tempat yang ku tahu pasti Dengan berbagai alasan klasik Kalau aku katakan kemarin adalah waktu terakhir yang ku sediakan, kemudian pengharapan yang menjadi titik di mana aku berhenti. Apa kamu bahagia? Maka ketahuilah bahwa esok, takan adalagi aku yang menanti.

AYAH

Ayah Ketika matahari terbit Kau telah melangkah menyusuri jalan setapak Tak kenal terik Tak kenal hujan Dengan semangat berkobar Kau tersenyum lebar Tak peduli lelah yang tak tergambar Ayah Terima kasih Kini aku dapat belajar Berkat dirimu yang bekerja dengan sabar

Bukan Masalah Hujan

Keadaan ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Dari mulai kendaraan beroda dua, tiga, bahkan empat memenuhi jalanan yang becek bahkan menguap di beberapa sisi karena sampah yang menghambat. Beberapa anak di bawah usia sepuluh tahun berlarian kesana kemari memegang sebuah payung sebagai bentuk bantuan perlindungan dari deras hujan, mengharap belas jasa yang recehan. Pemuda bertato memeluk gitar kecil di pelukan, menyanyikan lagu dangdut kekinian dengan nada sumbang. Sang ibu menggendong anaknya mengulurkan tangan serta gumamaman mengharap belas kasihan. Kemudian pak tua dengan semangat mengayuh becak nya menawarkan diri, mengantar para ibu sosialita yang membawa beberapa kantong belanjaan sembari menunggu hujan reda atau jemputan kendaraan beroda empat yang mengkilap. Pun para remaja yang sibuk memegang benda pipih persegi empat, memesan kendaraan online mengikuti arus yang semakin maju. Jalanan macet dipenuhi si roda empat yang berhenti. Menunggu sang tuan memasuki kursi nyaman...